JPost (Negara)-
Belasan tahun lalu, setiap orang yang ingin menikmati hidangan masakan laut, bisa dipastikan akan menuju ke Pantai Pabuahan di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara. Namun kini, pantai yg terkenal dengan wisata kulinernya itu porak poranda digerus abrasi.
“Dua kali dalam sebulan yaitu saat purnama dan tilem (gelap bulan -red), air laut pasti naik. Saat itu terjadi, kami takut untuk tidur karena gelombang besar bisa tiba-tiba datang menyapu rumah kami,” kata Husen, salah seorang warga Dusun Pabuahan kepada JPost, Rabu (28/12).
Ia mengatakan, sepanjang pantai itu juga sering terjadi banjir rob yang berlangsung berhari-hari. “Pernah sampai lima hari terjadi rob dengan ketinggian air hampir dua meter,” katanya.
Saat rob besar, Husen mengatakan, rumah warga sekitar pantai dipastikan terendam hingga mengganggu aktivitas mereka. Untuk mengatasi abrasi serta rob, warga hanya bisa menunggu tindakan nyata dari pemerintah yang sudah belasan tahun mereka nantikan.
Untuk sementara ini, Husen dan warga lainnya mengatakan, mereka berusaha membendung ombak dengan tumpukan karung berisi pasir, namun terbukti tidak efektif. “Ombak dengan mudah menghempaskan karung isi pasir itu. Karena tidak ada cara lain, cara yang sama kami ulangi lagi meski kami tahu itu tidak banyak berguna,” kata salah seorang warga yang minta namanya tidak disebutkan.
Berlangsung selama belasan tahun, ratusan keluarga terdampak abrasi ini. Deretan warung-warung kuliner dengan menu utama masakan hasil laut, saat ini nyaris tidak bersisa. Pantai Pabuahan yang dulu indah, kini compang-camping akibat tergerus abrasi.
Perbekel Banyubiru Komang Yuhartono saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan pemasangan senderan pemecah ombak ke seluruh lapisan pemerintahan. “Mulai dari pemerintah kabupaten, provinsi sampai pusat. Semoga senderan segera dibangun,” katanya.
Terkait bantuan dari pihak desa ia mengatakan, pihaknya pernah memberikan bantuan sembako, termasuk saat banjir melanda kawasan itu beberapa waktu lalu. (mde)