Jembrana (JPost) – “Jegog Janturan atau Seni Janturan” Benturan seni yang yang terbentuk dari akulturasi budaya Loloan dengan budaya Lokal Nyame Hindu Bali.
Diperkenalkan pertama kali oleh Pan Nyoling Seniman asal Mertesari sekitar akhir abad ke 17 Masehi. Keberadaan Seni Janturan ini cukup popular di Negara hingga kisaran tahun 1939 silam dan saat ini sudah punah.
Seni Jegog Janturan menggunakan dua buah rebana sebagai pengiringnya, ditambah dengan kecek,suling, rebab, kendang dan kempul, dengan media bahasa campuran antara bahasa Bali, bahasa Loloan.
Perpaduan kendang, Rebana dengan jegog inilah dinamakan benturan atau Janturan. Benturan Budaya tersebut dinamakan Jegog Janturan
Jegog Janturan ini dipimpin oleh Tuan Daag ( adalah seorang tokoh didalam pertunjukan sebagai komunikator antara seniman dengan penonton, atau dalam acara resmi Daag tidak lain sebagai protokol atau pembawa acara)
“Semoga dengan kegiatan menggali kesenian yang sudah punah lokal Jembrana di masa silam ini, akan menambah khazanah atau perbendaharaan kesenian di Jembrana, dan juga menyelamatkan asset tak benda yang mulai punah,” Harap Eka Sabara salah satu Budayawan Jembrana. (Yus)