Jembrana (JPost) – Krisis air bersih di desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo sudah dialami setengah tahun lebih pasca banjir bandang. Untuk memenuhi air sehari-hari, masyarakat di 8 Banjar dari 13 Banjar di Penyaringan secara swadaya mencari air. Baik dari sungai, telebusan (mata air) maupun sumber air lain.
Perbekel Penyaringan, I Made Dresta, Kamis (8/6) kemarin mengatakan sejak sumber air dan pipa Perumda Air Minum rusak dampak banjir bandang, dampaknya warga di delapan Banjar dari total 13 Banjar tidak mendapatkan air seperti biasanya. Di antaranya di Banjar Tibu Beleng Tengah, Tibu Beleng Kaler, Pangkung Kwa, Tibu Tanggang, Penyaringan, Yeh Buah, Yeh Mecebur dan Tibu Beleng Kelod hingg kini belum dapat pelayanan PDAM. Atau sudah lebih dari setengah tahun.
“Untuk penanganan sementara, karena air menjadi kebutuhan utama, warga yang terdampak mendapatkan air secara swadaya dengan membentuk kelompok-kelompok kecil,” katanya.
Seperti misalnya di Banjar Tibu Beleng Kaler yang mendapatkan bantuan pipa dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Di Banjar ini sempat mendapatkan bantuan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi ( Pamsimas) dan telah terpasang pasca banjir. Namun kembali putus terkena banjir susulan. “Sehingga dibantu dari BPBD pipa swadaya dan masih uji coba. Begitu juga di Tibu Tanggang dilakukan swadaya mengangkat air dari telebusan, melalui desa adat,” tambahnya.
Di Banjar Yeh Mecebur juga di awal meminta bantuan pasokan air dari BPBD, namun sekarang sudah mulai mengambil air dari pangkung-pangkung (sungai kecil) terdekat dikoordinir kelompok. Warga urunan membeli mesin penyedot dan pipa untuk disalurkan ke bak-bak penampungan air. Teranyar di Banjar Pangkung Kwa, saat ini terbentuk tiga kelompok yang salah satunya mendapatkan bantuan dari Polres Jembrana. “Satu kelompok dibantu pipa dan bak penampungan air, saat ini masih proses pengecoran. Ini upaya awal untuk penanganan, sedangkan ke depannya kita telah usulkan dan PDAM mengajukan ke pusat mendapatkan bantuan mengembalikan aliran air bersih,” tambahnya. Dari dua sumber air gravitasi yang diambil PDAM dari hutan, ada satu yang sudah hancur dan hilang. Rencananya akan mengambil dari sumber air satunya, namun biayanya juga cukup besar sehingga mengajukan ke Pemerintah Pusat.
Sedangkan dari desa, tahun ini mengalokasikan bantuan tiga bak penampungan air kapasitas 3000 liter. Bak yang merupakan aset desa ini nantinya akan dibagikan ke kelompok-kelompok warga yang membutuhkan. Sumber-sumber air yang digunakan warga secara swadaya ini juga berpotensi kering di musim kemarau panjang ini.
Desa Penyaringan disebutkan Direktur Perumda Air Minum, Gede Puriawan salah satu desa yang terdampak krisis air bersih di Kecamatan Mendoyo selain desa Yehembang. Bahkan di Desa terluas di Kecamatan Mendoyo ini tercatat ada sekitar 800 KK pelanggan PDAM yang terdampak di 8 Banjar.
Di sisi lain, krisis air juga dirasakan warga di Lingkungan Petapan, Kelurahan Tegalcangkring, Mendoyo melaporkan memerlukan air bersih ke BPBD Jembrana. Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, mengatakan akan menyalurkan bak penampungan air sementara dan mengirim pasokan air bersih paling lambat Jumat (9/6) ini. “Ya kami terima permohonan, sore ini (Kamis) atau paling lambat besok kita kirim bak dan air bersih,” ujarnya. (Dbs)